PT Masmindo Logo

Senin, 06 Januari 2025

MDA Gandeng UNCP Bentuk Desa Tangguh Bencana

MDA Gandeng UNCP Bentuk Desa Tangguh Bencana

Belopa, 6 Januari 2025 – Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2022–2024, Kabupaten Luwu, tempat PT Masmindo Dwi Area (MDA) beroperasi, menempati peringkat pertama sebagai daerah paling rawan bencana di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, MDA berkomitmen untuk mengedepankan kesiapsiagaan dalam setiap operasi perusahaan dengan memastikan seluruh kegiatan dilakukan sesuai dengan standar keselamatan yang tinggi.

Data IRBI yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa Kabupaten Luwu berada di zona merah untuk kerentanan terhadap longsor dan pergerakan tanah. Kepala Teknik Tambang MDA, Mustafa Ibrahim, menekankan pentingnya langkah mitigasi yang terintegrasi. “Kami menyadari tantangan geografis dan risiko bencana alam di wilayah operasional MDA. Oleh karena itu, kami secara konsisten mengembangkan langkah kesiapsiagaan yang didukung oleh mitra kerja berpengalaman untuk memastikan kelancaran operasi tanpa mengabaikan aspek keselamatan,” ujar Mustafa.

Ia juga menjelaskan bahwa kesiapsiagaan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan. Masyarakat di sekitar area tambang juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi risiko bencana. Untuk itu, MDA bekerja sama dengan Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) meluncurkan program Desa Tangguh Bencana (DESTANA).

DESTANA adalah program yang dikembangkan oleh BNPB, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam kesiapsiagaan, mitigasi, dan pemulihan pasca-bencana. Pada tahap awal, program ini akan difokuskan pada dua desa, yaitu Ulusalu dan Bonelemo, dan secara bertahap akan diperluas ke seluruh desa di Latimojong.

Sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana, MDA telah memasang sistem peringatan dini, seperti Automatic Water Level Recorder (AWLR) di Sungai Ulusalu dan Automatic Weather Station (AWS) di Desa Salubulo. Alat-alat ini memberikan peringatan dini secara real-time terkait kondisi cuaca dan level air sungai, sehingga mitigasi dapat dilakukan dengan efektif.

MDA juga memiliki Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team/ERT) yang terlatih dalam penanganan bencana. Tim ini tidak hanya bertugas di wilayah operasi MDA, tetapi juga aktif membantu daerah lain yang terdampak bencana, seperti yang baru-baru ini terjadi di Kabupaten Barru. ERT secara rutin mengadakan latihan bersama dengan berbagai lembaga di Luwu, seperti Dinas Kebakaran, PMI, BPBD Luwu, dan lainnya. Selain itu, tim ini juga memberikan pelatihan kepada beberapa perguruan tinggi di Luwu dan Palopo. Ke depannya, masyarakat Ulusalu dan desa-desa tanggap bencana lainnya akan mendapatkan pelatihan serupa agar lebih siap menghadapi situasi darurat.

Sebagai bagian dari pembekalan masyarakat dalam program DESTANA, MDA bekerja sama dengan UNCP mengadakan sesi penyuluhan tentang kebencanaan pada awal Januari 2025. Acara ini dihadiri oleh perwakilan BPBD Luwu, Kepala Desa Ulusalu, dan kepala dusun setempat. Dalam sesi tersebut, tim UNCP memaparkan informasi mengenai penyebab banjir dan longsor yang terjadi pada Mei 2024 di Latimojong, khususnya di Desa Ulusalu, dengan menggunakan data foto udara yang dimiliki.

Selain fokus pada kesiapsiagaan bencana, MDA juga berupaya membangun program berkelanjutan melalui edukasi teknik bercocok tanam greenhouse. Metode pertanian ini dirancang untuk meminimalkan risiko gagal panen dan memberikan pendapatan bulanan yang stabil bagi masyarakat. Inisiatif ini bertujuan untuk menggantikan kebiasaan membuka lahan di daerah curam yang rawan longsor, yang dapat membahayakan petani.

Ketua Tim Program Kolaborasi Pengabdian Masyarakat (PKM) UNCP, Dr. Ichwan, menyampaikan, “Kolaborasi dengan MDA dan Pemerintah Desa dalam membentuk serta memperkuat DESTANA adalah langkah penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di sekitar wilayah tambang dalam menghadapi berbagai risiko bencana. Selain itu, edukasi tentang pertanian berbasis greenhouse menjadi inovasi yang sangat relevan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui teknik adaptasi lahan, yang tidak hanya mengurangi risiko kerja, tetapi juga meminimalkan kerusakan lingkungan yang dapat memicu bencana alam.”

Kepala Desa Ulusalu turut memberikan apresiasi, “Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat karena memberikan pengetahuan baru tentang kesiapsiagaan bencana. Selain itu, metode bercocok tanam yang diajarkan memberikan harapan baru bagi para petani untuk mendapatkan penghasilan yang lebih stabil tanpa harus mempertaruhkan nyawa dengan membuka lahan di lereng pegunungan,” ujarnya.***

Source: masmindo.co.id

Read the full story

Bagikan artikel ini :